TUGAS BULAN 1
1.
PERAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA
2.
RAGAM BAHASA
3.
EYD DAN TANDA BACA
NAMA :
RICKO AMINNUDIN
NPM :
17113599
KELAS :
3KA17
|
PERAN DAN FUNGSI
BAHASA INDONESIA
A.
Peranan Bahasa Indonesia
dalam konsep ilmiah sebagai alat untuk menyerap dan mengungkapkan hasil pemikiran
Setiap Negara pasti
mempunyai bahasanya masing-masing, begitupun Negara Indonesia. Indonesia
memiliki bahasanya sendiri yaitu Bahasa Indonesia. Bahasa dapat mempersatukan
suatu Negara. Bahasa tersebut mempunyai banyak fungsi, salah satunya sebagai
alat komunikasi. Maksudnya adalah setiap orang bisa mengungkapkan hasil
pemikirannya melalui bahasa itu sendiri. Mereka bebas berbicara dan bebas
mengeluarkan pendapat selama bahasa yang digunakan masih sesuai dengan
kaidah-kaidah atau tata cara berbahasa yang baik. Bahasa Indonesia mempunyai
ketentuan-ketentuan didalamnya, baik dalam tata cara penulisan, tata cara
menyampaikan, begitupun dalam tanda bacanya seperti titik, koma, tanda tanya,
tanda seru, dan lain-lain.
Peranan Bahasa Indonesia
yaitu :
·
Sebagai alat komunikasi
·
Sebagai alat untuk
mengekspresikan diri
·
Sebagai alat integrasi dan
beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu
·
Sebagai alat untuk melakukan
kontrol sosial
Dalam
penulisan ilmiah, bahasa merupakan hal yang terpenting. Untuk itu kita harus
sebaik mungkin menggunakannya. Antara lain :
·
Dalam hal penggunaan ejaan. Ejaan ialah
penggambaran bunyi bahasa dalam kaidah tulismenulis yang distandarisasikan;
yang meliputi pemakaian huruf, penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur
serapan, dan pemakaian tanda baca.
·
Dalam hal penulisan kata. Baik kata dasar,
kata turunan, bentuk ulang, kata ganti, kata depan, kata sandang, maupun
gabungan kata.
·
Dalam penggunaan partikel lah, kah, tah, pun.
Partikel lah, kah, tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh: Pergilah sekarang! Sedangkan partikel pun ditulis terpisah dari kata
yang mendahuluinya. Contoh: Jika engkau pergi, aku pun akan pergi. Kata-kata
yang sudah dianggap padu ditulis serangkai, seperti andaipun, ataupun, bagaimanapun,
kalaupun, walaupun, meskipun, sekalipun.
·
Dalam hal pemakaian Ragam Bahasa. Berdasarkan
pemakaiannya, bahasa memiliki bermacam-macam ragam sesuai dengan fungsi,
kedudukan, serta lingkungannya. Ragam bahasa pada pokoknya terdiri atas ragam
lisan dan ragam tulis. Ragam lisan terdiri atas ragam lisan baku dan ragam
lisan takbaku; ragam tulis terdiri atas ragam tulis baku dan ragam tulis
takbaku.
·
Dalam penulisan Singkatan dan
Akronim.Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan jabatan atau pangkat diikuti
tanda titik. Contoh: Muh. Yamin, S.H. (Sarjana Hukum ). Singkatan yang terdiri
atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Contoh: dll. hlm. sda.
Yth. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal setiap kata
ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik. Contoh: DPR GBHN
KTP PT. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital. Contoh: ABRI LAN IKIP SIM. Akronim nama diri
yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret
kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Contoh: Akabri Bappenas Iwapi
Kowani.
·
Dalam penulisan Angka dan Lambang Bilangan.
Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut. Contoh:
Abad XX dikenal sebagai abad teknologi. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan
dengan satu atau dua
kata ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa
lambang dipakai berturut-turut. Contoh: Ada sekitar lima puluh calon mahasiswa
yang tidak diterima diperguruan tinggi itu.
·
Dalam pemakaian tanda baca. Pemakaian tanda
titik (.), tanda koma (,), tanda titik dua (:), tanda titik koma (,), tanda
hubung, (-) tanda pisah (_), tanda petik ("), tanda garis miring, (/) dan
tanda penyingkat atau aprostop (').
·
Dalam pemakaian imbuhan, awalan, dan akhiran.
·
Dalam penulisan ilmiah, selain harus
memperhatikan faktor kebahasaan, kita pun harus mempertimbangkan berbagai
faktor di luar kebahasaan. Faktor tersebut sangat berpengaruh pada penggunaan
kata karena kata merupakan tempat menampung ide. Dalam kaitan ini, kita harus
memperhatikan ketepatan kata yang mengandung gagasan atau ide yang kita
sampaikan, kemudian kesesuaian kata dengan situasi bicara dan kondisi pendengar
atau pembaca.
B.
Fungsi Bahasa Indonesia
a. Sebagai alat komunikasi
Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi, memiliki tujuan
tertentu yaitu agar kita dipahami oleh orang lain. Jadi dalam hal ini respons pendengar
atau lawan komunikan yang menjadi perhatian utama kita.
b. Bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan alat untuk
merumuskan maksud kita. Dengan komunikasi, kita dapat menyampaikan semua yang
kita rasakan, pikirkan, dan ketahui kepada orang lain. Dengan komunikasi, kita
dapat mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita
dan apa yang telah dicapai oleh orang-orang sejaman kita.
Bahasa adalah alat untuk
berkomunikasi melalui lisan (bahasa primer) dan tulisan (bahasa sekunder).
Tulisan adalah susunan dari simbol (huruf) yang dirangkai menjadi kata bermakna
dan dituliskan. Bahasa lisan lebih ekspresif dimana mimik, intonasi, dan
gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang
dilakukan. Lidah setajam pisau / silet oleh karena itu sebaiknya dalam
berkata-kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan
bicara / target komunikasi.
Bahasa sebagai sarana komunikasi mempunyai fungsi utama
bahasa adalah bahwa komunikasi ialah penyampaian pesan atau makna oleh
seseorang kepada orang lain. Keterikatan dan keterkaitan bahasa dengan manusia
menyebabkan bahasa tidak tetap dan selalu berubah seiring perubahan kegiatan
manusia dalam kehidupannya di masyarakat. Perubahan bahasa dapat terjadi bukan
hanya berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan
dengan perubahan yang dialami masyarakat. Terutama pada pengguna fungsi
komunikasi pada bahasa asing sebagai contoh masyarakat Indonesia lebih sering
menempel ungkapan “No Smoking” daripada “Dilarang Merokok”, “Stop” untuk
“Berhenti”, “Exit” untuk “Keluar”, “Open House” untuk penerimaan tamu dirumah
pada saat lebaran. Jadi bahasa sebagai alat komunikasi tidak hanya dengan satu
bahasa melainkan banyak bahasa.
c. Sebagai alat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
Menurut Sunaryo (2000 : 6), tanpa adanya bahasa
(termasuk bahasa Indonesia) IPTEK tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu
bahasa Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi,
dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi
sebagai sarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan
teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya
nalar, menjadikan bahasa sebagai prasarana berpikir modern. Oleh karena itu,
jika cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berpikir
karena bahasa merupakan cermin dari daya nalar (pikiran).
Bahasa Indonesia juga
digunakan sebagai alat pengembangan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan dan
teknologi. Bahasa Indonesia merupakan alat yang digunakan sebagai bahasa media
massa untuk menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahasa
Indonesia yang benar adalah bahasa yang menerapkan kaidah dengan konsisten.
Sedangkan bahasa yang baik adalah bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat
dan sesuai dengan situasi pemakaiannnya. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar akan menghasilkan pemikiran yang baik dan benar pula. Kenyataan bahwa
bahasa Indonesia sebagai wujud identitas bahasa Indonesia menjadi sarana
komunikasi di dalam masyarakat modern. Bahasa Indonesia bersikap terbuka
sehingga mampu mengembangkan dan menjalankan fungsinya sebagai sarana
komunikasi masyarakat modern.
Semakin berkembangnya
teknologi di dalam kehidupan kita akan berdampak juga pada perkembangan dan
pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan
budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam era globalisasi itu, bangsa
Indonesia harus ikut berperan di dalam dunia persaingan bebas, baik di bidang
politik, ekonomi, maupun komunikasi. Konsep-konsep dan istilah baru di dalam
pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) secara
tidak langsung memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua
produk budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia,
sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan
dan perkembangan IPTEK itu.
Aktivitas manusia sebagai
anggota masyarakat sangat bergantung pada penggunaan bahasa masyarakat
setempat. Gagasan, ide, pikiran, harapan dan keinginan disampaikan lewat bahasa
Selain fungsi bahasa diatas,
bahasa merupakan tanda yang jelas dari kepribadian manusia. Melalui bahasa yang
digunakan manusia, maka dapat memahami karakter, keinginan, motif, latar
belakang pendidikan, kehidupan sosial, pergaulan dan adat istiadat manusia.
Menurut Sumiati Budiman (1987 :
1) mengemukakan bahwa fungsi bahasa dapat dibedakan berdasarkan tujuan, yaitu :
1. Fungsi praktis :
Bahasa digunakan sebagai
komunikasi dan interakis antar anggota masyarakat dalam pergaulan hidup
sehari-hari.
2. Fungsi kultural
Bahasa digunakan sebagai alat
untuk menyimpan, menyebarkan dan mengembangkan kebudayaan.
3. Fungsi
artistik
Bahasa digunakan sebagai alat
untuk menyampaikan rasa estetis (keindahan) manusia melalui seni sastra.
4. Fungsi
edukatif
Bahasa digunakan sebagai alat
menyampaikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Fungsi
politis
Bahasa digunakan sebagai alat
untuk mempusatkan bangsa dan untuk menyelenggarakan administrasio pemerintahan.
Mencermati keadaan dan
perkembangan dewasa ini, semakin terasakan betapa besar fungsi dan peran bahasa
dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa kehidupan manusia terasa hampa dan tidak
berarti. Melalui peran bahasa, manusia dapat menjadikan dirinya menjadi manusia
berbudi pekerti, berilmu dan bermartabat tinggi.
RAGAM
BAHASA
Pengertian kata ragam secara umum dalam bahasa Indonesia
adalah tingkah, jenis, langgam, corak dan laras. Ragam bahasa diartikan sebagai
variasi bahasa menurut pemakaian yang dibedakan menurut topik pembicaraan,
sikap penutur, dan media atau sarana yang digunakan. Pengertian ragam bahasa
ini memperhatikan situasi yang dihadapi, masalah yang hendak disampaikan, latar
belakang pendengar dan pembaca yang dituju, dan media atau sarana yang hendak
digunakan.
Pengertian ragam bahasa menurut para ahli sangat penting untuk dipahami, karena dari situ kita
bisa menyimpulkan sendiri pengertian ragam bahasa versi kita sendiri. Berikut
ini adalah beberapa definisi ragam bahasa yang
dijelaskan oleh para ahli.
Pengertian
ragam bahasa menurut Bachman
Menurut Bachman (1990),
“ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda
menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang
yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara.”
Pengertian
ragam bahasa menurut Dendy Sugono
Menurut Dendy
Sugono (1999), “bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia,
timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku.
Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan
resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di
rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.”
Pengertian
ragam bahasa menurut Fishman ed
Menurut Fishman
ed (1968), suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan
hukum, tidak tertutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam
bahasa baku agar dapat menjadi anutan bagi masyarakat pengguna bahasa
Indonesia. Dalam pada itu perlu yang perlu diperhatikan ialah kaidah tentang
norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang pembicaraan (situasi
pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan.
Ragam Bahasa menurut
Pengungkapannya :
1.Bahasa Lisan
Ragam
bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap dengan fonem sebagai
unsur dasar. Dalam ragam lisan kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata dan
lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi
rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk
mengungkapkan ide.
Ciri-ciri ragam bahasa
lisan :
a. Memerlukan kehadiran
orang lain
b. Unsur gramatikal tidak
dinyatakan secara lengkap
c. Terikat ruang dan waktu
d. Dipengaruhi oleh tinggi
rendahnya suara
Kelebihan ragam bahasa
lisan :
a. Dapat disesuaikan dengan
situasi
b. Faktor efisiensi
c. Faktor kejelasan karena
pembicara menambahkan unsure lain berupa tekan dan gerak anggota badan
agah pendengar mengerti apa yang dikatakan seperti situasi, mimik dan
gerak-gerak pembicara.
d. Faktor kecepatan,
pembicara segera melihat reaksi pendengar terhadap apa yang
dibicarakannya.
e. Lebih bebas bentuknya
karena faktor situasi yang memperjelas pengertian bahasa yang dituturkan
oleh penutur.
f. Penggunaan bahasa lisan
bisa berdasarkan pengetahuan dan penafsiran dari informasi audit, visual
dan kognitif.
Kelemahan ragam bahasa
lisan :
a. Bahasa lisan berisi beberapa
kalimat yang tidak lengkap, bahkan terdapat frase-frase sederhana.
b. Penutur sering
mengulangi beberapa kalimat.
c. Tidak semua orang bisa
melakukan bahasa lisan.
d. Aturan-aturan bahasa
yang dilakukan tidak formal.
2.Bahasa Tulis
Ragam
bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan
tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita
berurusan dengan tata cara penulisan dan kosakata. Dengan kata lain dengan
ragam bahasa tulis, kita tuntut adanya kelengkapan unsur kata seperti
bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran
penggunaan ejaan dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.
Ciri-ciri ragam bahasa
tulis :
a. Tidak memerlukan
kehaduran orang lain
b. Unsur gramatikal
dinyatakan secara lengkap.
c. Tidak terikat ruang dan
waktu
d. Dipengaruhi oleh tanda
baca atau ejaan.
Kelebihan ragam bahasa
tulis :
a. Informasi yang disajikan
bisa dipilih untuk dikemas sebagai media atau materi yang menarik dan
menyenangkan.
b. Umumnya memiliki
kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat.
c. Sebagai sarana
memperkaya kosakata.
d. Dapat digunakan untuk
menyampaikan maksud, membeberkan informasi atau mengungkap unsur-unsur
emosi sehingga mampu mencanggihkan wawasan pembaca.
Kelemahan ragam bahasa
tulis :
a. Alat atau sarana yang
memperjelas pengertian seperti bahasa lisan itu tidak ada akibatnya bahasa
tulisan harus disusun lebih sempurna.
b. Tidak mampu menyajikan
berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus mengikuti kaidah-kaidah
bahasa yang dianggap cenderung miskin daya pikat dan nilai jual.
c. Yang tidak ada dalam
bahasa tulisan tidak dapat diperjelas/ditolong, oleh karena itu dalam
bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar. Ragam bahasa
fungsionalm adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga,
lingkungan kerja atau kegiatan tertentu lainnya. Ragam fungsional
juga dikaitkan dengan keresmian keadaan penggunaannya.
Ragam Bahasa Non Ilmiah , Semi Ilmiah ,
Ilmiah
Non Ilmiah
Karya non-ilmiah adalah
karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan
biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu
formal).
Ciri-ciri karya tulis non-ilmiah, yaitu:
·
Ditulis
berdasarkan fakta pribadi,
·
Fakta
yang disimpulkan subyektif,
·
Gaya
bahasa konotatif dan populer,
·
Tidak
memuat hipotesis,
·
Penyajian
dibarengi dengan sejarah,
·
Bersifat
imajinatif,
·
Situasi
didramatisir,
·
Bersifat
persuasif.
·
Tanpa
dukungan bukti
Jenis-jenis yang termasuk karya non-ilmiah, yaitu:
·
Dongeng
·
Cerpen
·
Novel
·
Drama
·
Roman
Semi Ilmiah
Karya tulis semi ilmiah
merupakan sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan
yang ditulis dengan bahasa konkret dan formal, kata-katanya teknis dan didukung
dengan fakta umum yang dapat dibuktikan kebenarannya. Karya tulis ini juga
merupakan sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan
dan penulisannya tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode
ilmiah yang sintesis-analitis karena sering dimasukkan dalam kary tulis ini.
Karya tulis semi ilmiah biasanya digunakan dalam komik, anekdot, dongeng,
hikayat, novel, roman dan cerpen.
Ilmiah
Karangan ilmiah adalah
biasa disebut karya ilmiah, yakni laporan tertulis dan diterbitkan yang
memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang
atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati
oleh masyarakat keilmuan.
Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain
laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang
pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data,
simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut
dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian
selanjutnya.
Di perguruan tinggi,
khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah seperti
makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Skripsi umumnya
merupakan laporan penelitian berskala kecil, tetapi dilakukan cukup mendalam.
Sementara itu, makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan
simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap
karya-karya ilmiah yang ditulis oleh para pakar dalam bidang persoalan yang
dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai
wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian.
EYD DAN TANDA BACA
1. Pengertian
Ejaan
Ejaan adalah keseluruhan
peraturan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran, bagaimana menempatkan
tanda-tanda baca, bagaimana memotong-motong suatu kata, dan bagaimana
menggabungkan kata-kata.
2. Macam-macam
Ejaan
A. Ejaan Van Ophuysen
Ejaan
Van Ophuysen disebut juga Ejaan Balai pustaka. Masyarakat pengguna bahasa
menerapkannya sejak tahun 1901 sampai 1947.Ejaan ini merupakan karya
Ch.A. Van Ophuysen, dimuat dalam kitab Logat Melayoe(1901).
Ciri khusus ejaan Van Ophuysen:
Ejaan ini digunakan untuk
menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang dimengerti oleh orang Belanda,
yaitu menggunakan huruf
Latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda, antara lain:
1. Huruf
(u) ditulis (oe).
2. Komahamzah
(k) ditulis dengan tanda (’) pada akhir kata misalnya bapa’, ta’
3. Jika
pada suatu kata berakhir dengan huruf (a) mendapat akhiran (i), maka di atas
akhiran itu diberi tanda trema (”)
4. Huruf
(c) yang pelafalannya keras diberi tanda (’) diatasnya
5. Kata
ulang diberi angka 2, misalnya: janda2 (janda-janda)
6. Kata
majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :
·
Dirangkai menjadi satu, misalnya
(hoeloebalang, apabila)
·
Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya,
(rumah-sakit)
·
Dipisahkan, misalnya (anaknegeri)
Huruf hidup yang diberi titik
dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö,
menandai bahwa huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan dipotong,
sama seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini.
Kebanyakan catatan tertulis
Bahasa Melayu pada masa itu menggunakan huruf Arab yang dikenal sebagai
tulisan Jawi.
B.
Ejaan Republik/Ejaan Suwandi
Ejaan
Republik dimuat dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mr.
Soewandi No.264/Bhg. A tanggal 19 maret 1947.Sebab ejaan ini disebut
sebagai Ejaan Suwandi. Sistem ejaan suwandi merupakan sistem ejaan latin untuk
Bahasa Indonesia.
Ciri khusus Ejaan Republik/
Suwandi :
1. Huruf
(oe) dalam ejaan Van Ophuysen berubah menada (u).
2. Tanda
trema pada huruf (a) dan (i) dihilangkan.
3. Koma
‘ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis dengan (k) misalnya kata’
menjadi katak.
4. Huruf
(e) keras dan (e) lemah ditulis tidak menggunakan tanda khusus, misalnya
ejaan, seekor, dsb.
5. Penulisan
kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara.
Contohnya :
a. Berlari-larian
b. Berlari2-an
6. Penulisan kata majemuk dapat
dilakukan dengan tiga cara
Contohnya :
a. Tata laksana
b. Tata-laksana
c. Tatalaksana
7. Kata yang berasal dari
bahasa asing yang tidak menggunakan (e) lemah (pepet) dalam Bahasa Indonesia
ditulis tidak menggunakan (e) lemah, misalnya: (putra) bukan (putera),
(praktek) bukan (peraktek).
C. Ejaan Malindo
Ejaan
Malindo (Melayu-Indonesia) adalah suatu ejaan dari perumusan ejaan melayu dan
Indonesia.Perumusan ini berangkat dari kongres Bahasa Indonesia tahun 1954 di
Medan, Sumatera Utara.Ejaan Malindo ini belum sempat diterapkan dalam
kegiatan sehari-hari karena saat itu terjadi konfrontasi antara Indonesia dan
Malaysia.
D. Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan/EYD
Pada
Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan
pemakaianEjaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan
Presiden No. 57,Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan
buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan,
sebagai patokan pemakaian ejaan itu.
Karena
penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972
(Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut
direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.
1. Pemakaian
Huruf
Apabila
dibanding dengan Ejaan Suwandi, ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan menggunakan huruf abjad lebih banyak. Ejaan Suwandi hanya
menggunakan 19 huruf sedangkan Ejaan Bahasa Indonesia yang tlah Disempurnakan
menggunakan 26 huruf.Jumlah huruf dalam abjad ada 26 buah.Ini berarti
ejaan kita sekarang telah memanfaatkan semua huruf yang terdapat dalam
abjad.Kebijakan ini merupakan suatu langkah maju dalam pengembangan Bahasa
Indonesia.
Pemakaian
Bahasa Indonesia ingin berkembang dan maju dalam segala bidang seirama dengan
tuntutan pembangunan. Langkah praktis yang ditempuhnya dengan menyerap
unsur-unsur asing (yang mengandung konsep yang tidak terdapat dalam Bahasa
Indonesia) dalam pemakaian Bahasa Indonesia.karena tidak ada konsepnya dalam
Bahasa Indonesia, mereka menyerap unsur asing, misalnya, izin, folio, dan vak
dalam Bahasa Indonesia. Dengan demikian, unsur bunyi z, f, v yang tadinya tidak
ada dalam Bahasa Indonesia menjadi ada .hal ini tidk dapat dihindari, sebab
situasi dan kondisi menuntut yang seperti itu. Kita tidak pantas lagi mengikuti
aliran purisme yang mempertahankan “keaslian” bahasanya secara
tidak proposional.Menyadari keadaan yang demikian itulah, ejaan kita sekarang
menerima pemakaian huruf z, f, v, q, x, dan c dalam Bahasa Indonesia, walaupun
pemakaiannya dalam batas-batas tertentu.
·
Huruf q dan x pemakaiannya dibatasi hanya
dalam keperluan ilmu dan nama. Jadi, dalam pemakain umum, yaitu dalam kata-kata
umum dan istilah, kedua huruf itu belum dapat dipakai. Dalam matematika,
misalnya, dapat menandai sesuatu dengan q da x. begitu juga nama Baihaqi, Iqbal
(nama orang); dan xerox, Xerxes, sinar-X (nama barang) dibenarkan. Tetapi
kata-kata asing aquarium, equator, quadrat, extra, dan taxi harus dituliskan
akuarium, ekuator, kuadrat, ekstra, dan taksi.Jadi q diganti k dan x
digantti ks.
·
Huruf f dan v, walaupun dalam Bahasa Indonesia
keduanya dibunyikan sama tetap dipakai secara berbeda. Kata-kata asing yang
diucapkan (f) tak bersuara oleh pemakaian bahasa asing yang bersangkutan
ditulis f dalam Bahasa Indonesia, sedangkan yang diucapkan (v) besuara oleh
pemakaian bahasa asing yang bersangkutan dilambangkan dengan v. jadi, kata-kata
asing factor, physiology, photocopy, vitamin, television, dan vacuum diubah
menjadi faktor, fisiologi, fotokopi, vitamin, televisi, dan vakum.
·
Sedangkan huruf c dan y pemakaian kedua huruf
ini sebagai realisasi kerjasama antara indonesia dan Malaysia, khususnya dalam
hal pengembangan dan pembinaan kedua bahasa, yaitu Bahasa Melayu dan Bahasa
Indonesia . apabila pada Ejaan suwandi penulisan bunyi (cacat) dan (sayat)
ditulis tjatjat dan sajat, maka pada ejaan sekarang ditulis cacat dan sayat.
Dalam Bahasa Melayu pun ditulis cacat dan sayat.
·
Bunyi (z) pada unsur asing yang masuk kedalam
Bahasa Indonesia ditulis sebagai bunyi aslinya, yaitu z. oleh sebab itu, kata
zakat, ziarah, zebra, zat, zodiac yang dianggap tepat, tetapi bukan jakat,
jiarah, jebra, jat, dan sodiak.
Masalah lain yang perlu
dibicarakan sehubungan dengan pemakaian huruf ini ialah tentang pelafalan
huruf. Di dalam pedoman ejaan sekarang ini telah disebutkan tentang pelafalan
huruf abjad yang dipakai dalam Bahasa Indonesia. Secara terperinci, huruf-huruf
serta nama dan bunyinya sebagai berikut.
Huruf
|
Nama
|
Bunyi
yang dilambangkan
|
A
|
A
|
A
|
B
|
Be
|
B
dan P
|
C
|
Ce
|
C
|
D
|
De
|
D
dan T
|
E
|
E
|
E
|
F
|
Ef
|
F
|
G
|
Ge
|
G
dan K
|
H
|
Ha
|
H
|
I
|
I
|
I
|
J
|
Je
|
Je
|
K
|
Ka
|
K
dan G
|
L
|
El
|
L
|
M
|
Em
|
M
|
N
|
En
|
N
|
O
|
O
|
O
|
P
|
Pe
|
P
|
Q
|
Ki
|
K
|
R
|
Er
|
R
|
S
|
Es
|
S
|
T
|
Te
|
T
|
U
|
U
|
U
|
V
|
Ve
|
F
|
W
|
We
|
W
|
X
|
Eks
|
Ks
|
Y
|
Ye
|
Y
|
Z
|
Zet
|
Z
|
Selain
huruf-huruf abjad di atas dalam Bahasa Indonesia juga dikenal Huruf Diftong.
Huruf Diftong merupakan dua bunyi vokal yang dirangkap dalam satu suku kata. Di
antara dari huruf-huruf diftong tersebut ialah:
Huruf
Diftong
|
Contoh
Pemakaian dalam Kata
|
||
Awal
|
Tengah
|
Akhir
|
|
Ai
Au
Oi
Ei
|
Ain
Aula
–
–
|
Syaitan
Saudara
Boikot
Pleistosen
|
Pandai
Harimau
Amboi
Survei
|
Terlepas
dari huruf abjad utama pula dalam Bahasa Indonesia terdapat gabungan huruf
konsonan yang membentuk sebuah bunyi. Contohnya adalah:
Gabungan
Huruf Konsonan
|
Contoh
Pemakaian dalam Kata
|
||
Awal
|
Tengah
|
Akhir
|
|
Kh
Ng
Ny
Sy
|
Khusus
Ngilu
Nyata
Syarat
|
Akhir
Bangun
Hanyut
Isyarat
|
Tarikh
Senang
–
–
|
2. Penulisan
Huruf
Tentang
penulisan huruf ini ada dua hal yang dibicarakan yaitu tentang penulisan huruf
besar atau kapital dan tentang penulisan huruf miring.
Di
dalam pedoman ejaan telah dijelaskan bahwa penulisan huruf kapital selain
dipakai sebagai huruf pertama kata awal kalimat juga dipakai sebagai huruf
pertama petikan langsung.
Misalnya:Mengapa kamu sedih?
Ayah bertanya, “Mengapa kamu
sedih?”
“Mengapa kamu sedih?”Tanya ayah.
Dalam pemakaian sehari-hari,
terutama dalam suratkabar dan majalah, sering kita jumpa pemakaian nama gelar,
jabatan dan pangkat diikuti selain nama orang, bahkan tidak diikuti sama
sekali. Misalnya pada kalimat berikut:
·
Kemarin Gubernur Jawa Timur berkunjung
ke Desa besuki.
·
Pada kesempatan itu, Gubernur menghimbau
agar penduduk ikut mensukseskan sensus pertanian.
·
Bersamaan dengan itu, Camat Karang
Ploso, Hermadi, juga melaporkan kemajuan daerah itu kepada Bupati Malang,
Edi Slamet.
Pada prinsinya penulisan nama
gelar, jabatan, dan pangkat yang diikuti nama orang tidak ditulis dengan huruf
kapital awal katanya. Tetapi contoh-contoh diatas walaupun tidak diikuti nama
orang terap mengacu kepada orang tertentu. Berarti sebagai nama pengganti nama
diri. Oleh sebab itu, huruf awal nama jabatan atau gelar ketiga contoh diatas
ditulis dengan huruf kapital.
Lain lagi halnya dengan
pemakaian nama jabatan pada contoh berikut:
·
Seorang gubernur yang
menjabat di daerah yang masyarakatnya multi kompleks harus bijak.
·
Siapa saja yang menjadi gubernur jawa
timur harus dapat menjalankan program Koran masuk desa
·
Apakah kakakmu yang menjadi camat
Sekar Putih sekarang?
Kata gubernur, gubernur jawa
timur, dan camat Sekar Putih ditulis dengan huruf kecil awalnya, sebab tidak
menunjuk pada orang tertentu. Jadi, kata yang menunjukkan jabatan atau pangkat
tersebut sama dengan kata-kata benda umumnya, seperti radio, rumah, orang, dan
kucing.
Jika suatu kata mengikuti kata
sandang merupakan kata nama, maka awal katanya ditulis dengan huruf besar.
Jadi, penulisan berikutlah yang benar.
si Gandu
sang Kerempeng
si Bisu
Tetapi, apabila yang mengikuti
kata sandang berupa kata pengganti nama, huruf awal tidak ditulis dengan huruf
kapital, misalnya:
sin terdakwa
si anak
sang pembatu
sang istri
Tentang
penulisan kata yang menunjukkan kekerabatan apakah ditulis dengan huruf kapital
awalnya? Tidak selalu. Yang ditulis dengan huruf kapital awalnya hanyalah
yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan saja, sedangkan yang lainnya
tidak.Perhatikan conroh kata yang menunjuk kekerabatan berikut.
·
Mengapa Saudara mengatakan
hal itu?
·
Saya benar-benar menganggap keluarga Pak Ali
sebagai saudara sendiri.
·
“Ayo, ke sini, Nak !”
kata Ibu kepadaku.
·
Seorang anak harus berbakti kepada ibunya.
Kata
saudara pada kalimat pertama serta nak dan ibu pada
kalimat ke-tiga ditulis dengan huruf kapital awalnya karena kata tersebut
sebagai kata sapaan (Saudara dan Nak) dan kata ganti (Ibu).Pada kalimat ke-2
dan ke-4 ditulis dengan huruf biasa, karena bukan sebagai kata ganti atau
sapaan.
3. Penulisan
Kata
Penulisan Kata dalam Bahasa
Indonesia merupakan sebuah urgensi yang tak boleh lepas dari sistem penulisan.
Karena tiap karya sastra Bahasa Indonesia terbentuk dari kata-kata.
Di antara poin penting
penulisan kata dalam EYD ialah:
1. Kata
Dasar
Kata yang sudah mewakili sebuah
arti tanpa imbuhan apapun
2. Kata
Turunan
Merupakan kata dasar yang telah
mengalami perubahan berupa imbuhan
3. Bentuk
Ulang
Merupakan kata yang ditulis
berulang, baik bermakna tunggal, jamak maupun berulang. Bentuk kata berulang
ini dihubungkan dengan lambang (-)
4. Gabungan
Kata
Merupakan kata majemuk yang
mewakili sebuah arti. Adakalanya ditulis terpisah, bersambung, maupun
dihubungkan dengan tanda (-)
5. Kata
Ganti –ku, kau, –mu, dan –nya
Kata yang menggunakan imbuhan
kepunyaan ini ditulis bersambung
6. Kata
Depan di, ke, dan dari
Tiap-tiap kata depan ditulis
terpisah dengan kata dasarnya
7. Kata si dan sang
Kata yang menunjukkan sebuah
subyek maupun obyek ini ditulis terpisah dengan kata dasarnya
8. Partikel
Partikel –lah, -kah, dan
–tah ditulis serangkai dengan kata dasarnya, sedangkan
partikel pun ditulis terpisah. Selain itu partikel per yang
berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari kata dasarnya
9. Singkatan
dan Akronim
10. Angka
dan Lambang Bilangan
4. Penulisan
Unsur Serapan
Masalah
pemakaian atau penulisan unsur serapan dalam Bahasa Indonesia sangat
runyam.Dikatakan demikian sebab pemakaian Bahasa Indonesia sering begitu saja
menyerap unsur asing tanpa memperhatikan situasi dan kondisinya.
Penyerapan unsur asing dalam
pemakaian Bahasa Indonesia dibenarkan apabila:
1. Konsep
yang terdapat dalam unsur itu tidak ada dalam Bahasa Indonesia, atau
2. Unsur
itu merupakan istilah teknis sehingga tidak atau kerang layak dipakai unsur
Indonesianya.
Apakah
dengan penyerapan itu menunjukkan bahwa Bahasa Indonesia miskin akan kata-kata?
Tidak.Penyerapan unsur asing merupakan kejadian biasa pada setiap
bahasa. Hal itu terjadi karena setiap bahasa mendukung kebudayaan pemakainya.
Sedangkan kebudayaan pemakai bahasa satu dengan yang lain tidak ada yang sama. Pada suatu saat karena masyarakat
pemakai bahasa yang satu dengan yang lainnya (yang masing-masing berlatar
belakang kebudayaan berbeda) berkomunikasi, maka timbullah akulturasi, yaitu
saling berpengaruhnya satu kebudayaan dengan yang lain.
Salah
satu wujud akulturasi itu adalah saling berpengaruhnya konsep-konsep tertentu.
Misalnya, karena masyarakat Indonesia tidak mempunyai konsep tenteng “radio”,
maka mereka menyerap konsep itu dari masyarakat pemakai bahasa Inggris.
Sebaliknya, karena masyarakat pemakai bahasa Inggris tidak mempunyai konsep
“bambu” maka mereka menyerap konsep itu dari masyarakat pemakai Bahasa
Indonesia.Jadi peristiwa penyerapan tidak ada kaitannya dengan kaya atau miskin
kata-kata.
Berikut ini
disajikan beberapa kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan
adaptasi:
·
ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
Haemoglobin hemoglobin
Haematitehematite
·
ai tetap ai
Trailer trailer
Caisson kaison
·
e, di muka a,u, o dan konsonan, menjadi k
Construction konstruksi
Crystal Kristal
Classification klasifikasi
Caupe kup
·
c, di muka e,I,oe, dan y, menjadi s
Central sentral
Cylinder silinder
Ceolom selom
·
cc, di muka o,u, dan konsonan, menjadi k
Accommodationakomodasi
Acculturation akulturasi
Accumulation akumulasi
·
cch dan ch, di muka a,o,dan konsonan, menjadi
k
Charisma karisma
Chromosome kromosom
·
ch, yang lafalnya c menjadi c
Chek cek
China cina
·
ee (belanda) menjadi e
Statosfeer statosfer
System system
·
ph, menjadi f
Phase fase
Photocopyfotokopi
·
q menjadi k
Aquarium akuarium
Equator ekuator
3.
Penggunaan Tanda Baca
Untuk
memahami sebuah kalimat dengan sempurna kita perlu memperhatikan tanda baca
yang digunakan di dalamnya. Ada beberapa tanda baca yang dipakai dalam Bahasa
Indonesiayaitu :
·
Tanda baca titik (.)
Ada beberapa kaidah dalam
penggunaan tanda baca titik (.) yaitu :
a. Tanda baca titik (.)
digunakan untuk mengakhiri kalimat yang bukan yang bukan berupa kalimat tanya
atau kalimat seruan.
Contoh : – Saya beragama islam
–Hakikat pendidikan adalah
memanusiakan manusia.
b.Tanda baca titik (.)
digunakan dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar atau daftar.
Contoh :– 4.1 Pembahasan
–Lampiran 2. Calon jamaah haji
c. Tanda baca titik (.)
digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan jangka
waktu.
Contoh :– pukul 01.35.20 (pukul
1 lewat 35 menit 20 detik)
d. Tanda baca titik (.)
digunakan diantara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda
tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Contoh
: – Lesatariningrum, Dwi. 1989. Teknik Menjahit. Malang: Intan.
·
Tanda
baca koma (,)
Kaidah-kaidah penggunaan tanda
baca koma (,) adalah sebagai berikut:
1. Tanda
baca koma (,) digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu perincian.
Contoh:Saya membeli kertas,
pena, dan tinta.
2. Tanda
baca koma (,) digunakan untuk memisahkan kalimat setara, apabila kalimat setara
berikutnya diawali kata tetapi atau melainkan.
Contoh:– Semua pergi, tetapi
dia tidak.
–Dia bukan kakakku, melainkan
adikku.
3. Tanda
baca koma (,) digunakan apabila anak kalimat mendahului induk kalimat.
Contoh: Jika hari ini
tidak hujan, saya akan dating.
4. Tanda
baca koma (,) digunakan untuk memisahkan anak kalimat jika anak kalimatnya itu
mendahului induk kalimatnya.
Contoh: Saya akan
memaafkan, jika ia bertobat.
5. Tanda
baca koma (,) digunakan di belakang ungkapan penghubung antar kalimat yang
terdapat pada awal kalimat.
Contoh: Dia malas belajar.
Oleh karena itu, dia tidak naik kelas.
·
Tanda baca titik koma (;)
Kaidah penggunaannya sebagai
berikut :
1. Digunakan
untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis atau setara.
Contoh: Matahari hamper
terbenam; sinarnya yang kemerah-merahan; memantul di atas permukaan laut; indah
sekali pemandangan ketika itu.
2. Digunakan
untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai
pengganti kata penghubung.
Contoh: Sore itu kami
sekeluarga sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ayah sedang membaca Koran; ibu
menjahit baju; saya asyik membersihkan taman di depan rumah.
·
Tanda baca titik dua (:)
Kaidah penggunaannya sebagai
berikut:
1. Digunakan
sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan perincian.
Contoh:Ketua : Ahmad
Wijaya,
Sekretaris : Imam Tantowi
Bendahara: Siti Khotijah
2. Digunakan
di anatara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat di dalam kitab
suci, di antara judul dan sub judul, serta nama kata dan penerbit buku acuan.
Contoh: Tempo, I (1971).
34:7
Surat Yasin:19
Karangan Ali Hakim, Pendidikan
Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
·
Tanda hubung (-)
Kaidah penggunaannya sebagai
berikut :
1. Digunakan
untuk merangkaikan se-dengan kata berikutnya yang di dimulai dengan huruf
capital, ke- dengan angka, angka dengan- an, singkatan berhuruf kapital dengan
imbuhan atau kata, dan nama jabatan rangkap.
Contoh: Se-Indonesia
hadiah ke-2
tahun 50-an
Menteri-Sekretaris-Negara
sinar-X
Men-PHK-kan
2. Digunakan
untuk merangkai bahasa Indonesia dengan bahasa asing.
Contoh: di-smash,
di-drill, mem-beckup, di-carge
·
Tanda Pisah (–)
Tanda pisah (–) digunakan di
antara dua bilangan atau tanggal dengan arti “sampai ke“ atau “sampai dengan”.
Penulisan tanda baca pisah (–)dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa
spasi sebelum dan sesudahnya.
Contoh: 1920–1945
Tanggal 15—10 April 19970
(Samsudin), 1999:25—34
Samsudin (1999:25—34)
·
Tanda elipsis (…)
Tanda ini digunakan untuk
menunjukan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang hilang.
Contoh: Sebab-sebab
kemerosotan akhlak dikalangan mahasiswa…atau diteliti lebih lanjut.
·
Tanda kurung ((…))
Tanda ini digunakan untuk
hal-hal sebagai berikut:
1. Digunakan
untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Contoh: Dalam buku KUHP
(Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) Bab II pasal 10.
2. Digunakan
untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan.
Contoh: Aku (sebuah puisi
karangan Chairul Anwar) adalah puisi angkatan 45.
·
Tanda tanya (?)
Tanda tanya (?) digunakan pada
akhir kalimat tanya, yakni kalimat yang membutuhkan jawaban.
Contoh: Siapa yang membawa
tas saya ?
·
Tanda seru (!)
Tanda ini digunakan sesudah ungkapan atau
pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.
Contoh: Alangkah seramnya peristiwa itu!
Ambilkan buku itu!
Duduklah!
Dasar mata keranjang!
·
Tanda kurung siku ( [] )
Tanda ini digunakan untuk
mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Contoh: Persamaan kedua
proses ini (perbedaannya dibicarakan dalam Bab II [lihat halaman 67-89])
·
Tanda petik (“…..”)
Tanda petik digunakan untuk
mengakhiri petikan langsung .
Contoh: Kata Toto,”Saya
juga berpuasa.”
“Hakikat pendidikan adalah
memanusiakan manusia”(Imran,1998)
·
Tanda petik tunggal (‘…’)
Tanda ini digunakan untuk
mengapit makna, terjemahan, dan penjelasan kata atau ungkapan asing.
Contoh: Mastery Learning
‘belajar tuntas’
Reformasi ‘perubahan’
Keplicuk ‘dalam Bahasa
Indonesia disebut terkilir’
Islami ‘bernuansa islam’
·
Tanda garis miring (/)
Tanda garis miring digunakan
dalam menulis nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun
yang tebagi dalam dua tahun takwim.
Contoh: 14/YPU-i/12/99
Jalan Kramat III/10 Jakarta
Tahun Anggaran 1985/19986
·
Tanda apostrof (‘)
Tanda ini berfunsi untuk
penyingkat suatu kata yang digunakan untuk menunjukan penghilangan bagian suatu
kata atau bagian angka tahun.
Contoh: malam ‘lah tiba
(‘lah = telah)
1 Januari ’88 (’88 = 1988)
Berdasarkan uraian di atas tentang penggunaan
tanda baca yang berlaku di dalam EYD dalam Bahasa Indonesia secara garis besar
prinsip-prinsip umum pemakain tanda baca dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Tanda
tanya (?), tanda titik (.), tanda titk koma (;), tanda titik dua (:), dan tanda
seru (!), ditulis rapat (tanpa spasi) dengan huruf akhir dengan kata yang
mendahuluinya dan diberi spasi dengan kata yang sesudahnya.
2. Tanda
petik ganda (“), tanda petik tunggal (‘), dan tanda kurung (()) masing-masing
diketik rapat dengan kata, frase, atau kalimat yand diapit.
3. Tanda
hubung (-), tanda pisah (–), dan garis miring (/) masing-masing diketik rapat
dengan huruf yang mendahului dan yang mengikutinya.
4. Tanda
hitungan, seperti: sama dengan (=), tambah (+), kurang (-), kali (x), bagi (:),
lebih kecil (<), lebih besar (>) ditulis dengan jarak satu spasi dengan
huruf yang mendahului dan mengikutinya.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar